BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diabetes merupakan penyakit yang
dapat menggangu metabolisme glukosa dimana glukosa yang seharusnya menjadi
bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang
mengganggu sistem kestabilan organ.
Dalam melakukan aktifitas, akan
memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi
yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa
yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh.
Namun kadangkala metabolisme yang
diharapkan dari sumber energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang
mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh
yang berperan dalam metabolisme tersebut.
Glukosa yang tidak dimetabolisme
tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat menyebabkan
komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat ditimbulkannya.
Pada percobaan kali ini akan diamati
kegunaan obat-obat antidiabetik glibenklamin, metformin serta glukofan dan juga
infuse the hijau pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan melihat
efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah yaitu
glukometer.
B.
Rumusan Masalah
(1)
Apa
pengertian, klasifikasi
dan etiologi diabetes mellitus?
(2)
Apa saja golongan obat diuretik?
(3)
Apa
saja obat yang digunakan?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan praktikum ini adalah
(1) Untuk mengetahui efek obat terhadap penurunan
kadar glukosa dalam darah hewan coba.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Dasar teori
Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi
insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas
sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara
kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar
glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan
kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut
maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008).
Kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu, diagnosis
diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah (Herman,
1993; Adam, 2000).
Diabetes
melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya sekresi
insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan
merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia,
kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai
pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan
ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ.
Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et
al, 2002).
Gejala
penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu
sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula
penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada
saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1. Pada permulaan, gejala yang
ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:
a.
Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)
b.
Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)
c.
Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan
yang terus meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada
keadaan ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah
(Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2. Bila keadaan diatas tidak
segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya
insulin, yaitu :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan menurun
dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas
diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl,
bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada
penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya
600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan penurunan berat badan
inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke
dokter (Tjokroprawiro, 1998).
Kadang-kadang
penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi
penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala
kronik atau menahun (Katzung, 2002).
Gejala
kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut
dibawah ini :
1.
Kesemutan
2. Kulit terasa panas, atau
seperti tertusuk-tusuk jarum
3. Rasa tebal pada kulit
telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur
4. Kram
5. Capai, pegal-pegal
6. Mudah mengantuk
7. Mata kabur, biasanya sering
ganti kacamata
8. Gatal di sekitar kemaluan,
terutama wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah
lepas
10. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami
gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 3,5 kg. (Tjokroprawiro, 1998).
B. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes
Mellitus
1. Diabetes Mellitus
tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)
Diabetes
mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang digunakan
untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa
pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta (β)
dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan
penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya serangan adalah
12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan
pengidap IDDM (Katzung, 2002).
IDDM
dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan
kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan
bahwa IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat
pula dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus
(Jones and Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).
2. Diabetes mellitus tidak
tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes
mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes
mellitus yang tidak memerlukan pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan
hidup, meskipun hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu
mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya
kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge
and Home, 1991).
C. Obat Antidiabetes
Insulin
adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas. Berbagai stimulus
melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus yang
paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat
pada reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk
peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung,
2002).
Insulin
adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai
(A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan
peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink
dan insulin.
Glukosa
merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu
makan. Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin
trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak
glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP
intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi
sel β yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang
sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor
insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit α dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan
disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α, kompleks insulin-reseptor
memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari
kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan
olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada
reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu
rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan
diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen
yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari
golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat
ini telah digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol
hiperglikemia, agen-agen ini tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada
diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al,
2002).
A. Sekretagok
Insulin
Sekretagok
insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh
sel β pankreas. Golongan ini meliputi:
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe
2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel β masih bekerja cukup baik. Mekanisme
kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang
fungsi sel-sel β pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin.
b. Mencegah
(inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c.
Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea
dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a.
Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide,
Chlorpropamide
b. Generasi
kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon, Glibonuride.
Sekretagok
insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan mempunyai
struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya
diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai
masa paruh yang singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa.
Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).
B. Sensitizer Insulin
Golongan
obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif
(Depkes RI, 2005).
1. Golongan Biguanida
Saat
ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja
golongan biguanid (metformin):
a. Meningkatkan
glikolisis anaerobik hati.
b.
Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi glukoneogenesis.
c.
Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)
2. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan
obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
Glitazon merupakan Agonist peroxisomeproliferator-activated receptor gamma
(PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan
target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor
pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi
adiposit, dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa
protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia,
seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2 (UCP)
(Soegondo, 2006).
Aloksan
CAS
number
|
:
|
50-71-5
|
|
Rumus
molekul
|
:
|
C4H2N2O4
|
|
Masa
molar
|
:
|
142.07
g/mol
|
|
titik
leleh
|
:
|
256
°C
|
|
Kelarutan
dalam air
|
:
|
Mudah
larut dalam air
|
Aloksan(2,4,5,6-tetraoksipirimidin4,5,6-pirimidintetron) adalah
suatu senyawa yang sering digunakan untuk penelitian diabetes menggunakan hewan
coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif dan
dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba. Efek diabetogenik aloksan ini dapat
dicegah oleh senyawa penangkap radikal hidroksil (Studiawan dan Santosa, 2005).
Sinoni:
|
:
|
Gliburid
|
|
Indikasi:
|
:
|
NIDDM
ringan - sedang
|
|
Kontraindikasi:
|
:
|
wanita
menyusui, profiria, dan keto asidosis
|
|
Peringatann
|
:
|
Penggunaan
harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan fingsi hati dan ginjal.
|
|
Efek
samping
|
:
|
Gejala
saluran cerna dan sakit kepala. Gejalahematologiktermasuk trombositopenia,
agranulositosis, dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali.
|
|
Interaksi
|
:
|
Dengan
penghambat ACE dapat menambah efek hipoglikemik. alkohol meningkatkan efek hipoglikemik,
analgesik meningkatkan efek sulfonilurea (glibenklamid).
|
|
Dosis
|
:
|
Dosis
awal 2,5 mg bersama sarapan, maksimal 15 mg.
|
|
(Depkes
RI, 2000)
HASIL
dan
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Berat badan hewan coba
Berat
badan mencit = 15,9 gram
2.
Perhitungan dosis (Dosis lazim
Glibenklamid 5 mg, suspensi
)
Dosis
= dosis konversi x dosis lazim
= 0,0026 x 5 mg
= 0,013 mg
Dosis
yang diinginkan =
x
0,013 mg
= 0,0103 mg
Obat
yang diberikan =
50
ml
= 0,103 ml
= 0,1 ml
B. Tabel
Hasil Percobaan
Tabel hasil percobaan
(awal kadar gula = 94
)
Perlakuan
|
Kadar
Glukosa Darah
|
|
Keadaan Hiperglikemi
|
Setelah
30 menit
|
|
Mencit
deberi suspensi glibenklamid
|
103
|
127
|
B.
Pembahasan
Praktikum
kali ini bertujuan untuk mengetahui efek obat terhadap penurunan kadar glukosa
darah hewan coba. Hewan coba yang digunakan adalah mencit. Pengertian dari
diabetes melitus adalah suatu gangguan menahun pada khususnya metabolisme
karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat.
Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon
insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna
sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia.
Terapi
farmakologi digunakan untuk menormalkan kadar glukosa dalam darah mencit. Obat
yang diberikan dalam praktikum adalah obat antidiabetes golongan Sulfoniluria yaitu
Glibenklamid. Mekanisme dari Glibenklamid adalah merangsang pelepasan insulin
dari sel beta pancreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum, dan meningkatkan
pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor.
Tahap
pertama yang dilakukan yaitu menimbang berat badan mencit menggunakan timbangan
digital. Berat badan mencit 15,9 gram. Berat badan diperlukan untuk menghitung
dosis obat yang akan diberikan pada mencit. Lalu, menghitung dosis obat
Glibenklamid yang memiliki dosis lazim 50 mg. Larutan suspense yang tesedia
50mg/50ml. Hasil perhitungan pemeberian obat pada mencit diperoleh 0,1 mL.
Dosis harus disesuaikan dengan berat hewan coba, karena dpat berpengaruh pada
efek terapi obat. Selanjutnya mengecek kadar awal glukosa mencit satu hari
sebelum praktikum dengan cara memotong bagian ekor mencit. Pengambilan darah
dilakukan pada bagian ekor karena terdapat banyak pembuluh darah. Alat glukotes
menunjukkan kadar glukosa pada mencit 85 mg/dl. Setelah diperoleh kadar awal
glukosa, mencit diberikan larutan fruktosa. Fruktosa adalah salah satu jenis karbohidrat, merupakan
gula yang terdapat secara alami dalam buah-buahan dan madu
yang dapat terhidrolisis di lambung menjadi glukosa. Larutan tersebut berfungsi
untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah mencit. Fruktosa diberikan secara
oral menggunakan sonde. Larutan diluncurkan melalui langit – langit kea rah
belakang sampai esophagus, sampai masuk ke dalam lambung. Ditunggu sampai 30
menit. Waktu 30 menit itu dianggap larutan mengalami proses pencernaan, hidrolisis
menjadi glukosa, sehingga dapat meiningkatkan kadar glukosa dalam darah. Ekor
tikus dipotong lagi untuk mengecek kadar glukosa setelah diberikan larutan
fruktosa. Kadar glukosa mencit setalah diberikan larutan menjadi 103 mg/dl.
Kadar glukosa mencit lebih tinggi dari pada kadar awal. Hal tersebut
menunjukkan larutan benar dicerna dengan baik dan terhidrolisis sempurna
meningkatkan kadar glukosa dalam darah mencit. Glukosa yang masuk ke dalam
tubuh merangsang sel beta pankreas untuk mensekresikan insulin. Insulin yang
disekresikan membantu glukosa masuk ke dalam sel utuk dipakai sebagai energi
dan sebagian lagi diubah menjadi glikogen yang nantinya disimpan di hati. Kerja
insulin tersebut terjadi saat kadar insulin cukup atau sesuai dengan kadar glukosa
yang ada di tubuh. Berbeda dengan keadaan mencit, Kadar glukosa terlalu banyak,
sedangkan insulin yang disekresikan oleh beta pangkreas tidak cukup untuk
mengatur kadar glukosa tersebut. Glukosa yang tinggi tidak mampu merangsang sel
beta pankreas untuk menghasilkan insulinsesuai denga kadar yang dibutuhkan. Hal
tersebut yang membuat hasil pada glukotes tinggi. Tingginya kadar glukosa
tersebut disebut hiperglikemia. Hiperglikemia disebabkan karena adanya gangguan
metabolisme baik berupa karbohidrat, lemak dan protein yang akhirnya
mengakibatkan komplikasi kronis kardiovaskuler. Dari kopikasi tersebut akan
menimbulkan banyak penyakit sepeti hipertensi, gagal jantung dan sebagainya.
Keadaan tersebut merupakan diabetes mellitus.
Cara
kerja selanjutnya yaitu pemberian larutan suspensi Glibenklamid. Pemberian obat
dilakukan secara oral sebanyak 0,1 mL. Sebelumnya, dosis obat yang akan
diberikan sudah dihitung sesuai dengan berat badan mencit. Kemudian mencit
ditunggu selama 30 menit. Selama itu, obat bekerja melalui sistem pencernaan
sampai menimbulkan efek terapi. Kadar glukosa di cek kembali untuk mengetahui
kadar glukosa setelah pemberian Glibenklamid. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh Kadar glukosa mencit naik, yang awalnya 103 mg/dl menjadi 127 mg/dl. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori bahwa
Glibenklamid dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan cara merangsang
sekresi insulin.
Glibenklamid
merangsang sel beta pangkreas tikus agar mensekresi insulin lebih banyak. Sifat
perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada
saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang
mencukupi, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah
sebabnya mengapa obat-obat ini sangat bermanfaat pada penderita diabetes
dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Glibenklamid
menyebabkan pengikatan insulin dengan reseptor meningkat. Golongan sulfoniluria
ini akan terikat pada reseptor spesifik Sulfolinuri pada sel beta pankreas.
Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi
depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca2+ terbuka dan memungkinkan
ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam
sel. Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan
sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh
vena untuk beredar ke seluruh tubuh. Insulin yang dihasilkan akan segera
menggiring glukosa masuk ke dalam sel, atau dengan mengubah glukosa menjadi
glikogen di hati.. Selain itu, Glibenklamid juga dapat menurunkan kadar hormon
glukagon, sehingga proses glikogen menjadi glukosa dihambat dan proses
glikogenolisis meningkat.
Hasil
percobaan yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa obat antidiabetes
menimbulkan efek penurunan kadar glukosa darah pada hewan coba.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi berdasarkan hasil percobaan antidiabetik diperoleh
kesimpulan bahwa pemberian obat antidiabetik glibenklamid terbukti dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah pada hewan coba tikus, yang awalnya 137
menjadi 74
. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa glibenklamid dapat merangsang pelepasan insulin dari
sel beta pancreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum, dan meningkatkan
pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor.


B. SARAN
Memegang hewan coba tikus harus hati-hati agar hewan coba tikus
tidak membalikkan badan untuk menggigit. Cara memegang hewan tikus yang benar
yaitu dengan cara memegang pada ekornya, memegang leher belakang dekat kepala
dengan ibu jari dan telunjuk. Dan pada
saat pemberian obat per oral menggunakan sonde sebaiknya dilakukan dengan
hati-hati agar tidak terjadi kesalahan seperti masuknya obat pada paru-paru
yang mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Kee, J.L. dan
Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih
Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Adam, J.M.F.
2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin
Dunia Kedokteran No. 127.
Herman, F. 1993.
Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus.
Pharos Bulletin No.1.
Sukandar, E. Y.,
J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Askandar
Tjokroprawiro., 1998. Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes. Edisi 2.
Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.(cited:2011 May10)
Availablefrom:http//www.ijp.online.com/tem/indianJPharmaco1122123_7886327_2154
Katzung,
G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta.
Neal, M. J.
2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Soegondo, S.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian
glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid
ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
CASINO - JT Hub
BalasHapusCASINO. M.H.U.C. - 고양 출장안마 JTM 경상남도 출장마사지 HUB. - 남양주 출장마사지 1.9. FOR 여주 출장마사지 TICKETS. 영천 출장마사지 NO PURCHASE. GET LUCKY. CASINO AND CUSTOMER. PLAY CASINO NOW.