Minggu, 10 April 2016

tonikum

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tonik digunakan untuk memacu dan memperkuat semua sistem dan organ serta menstimulasi perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap system syaraf pusat. Efek tonik ini dapat digolongkan ke dalam golongan psikostimulansia. Senyawa psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis, menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986).
Kafein merupakan derivat xantin yang paling kuat, menghasilkan stimulasi korteks dan medula dan bahkan stimulasi spiral pada dosis yang besar, sedangkan teobromin merupakan stimulan sistem saraf pusat yang paling lemah dan mungkin bahkan tidak aktif pada manusia (Nieforth dan Cohen, 1981). Kafein merupakan senyawa yang memberikan efek psikotonik yang paling kuat yang dapat menghilangkan gejala kelelahan dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986).
Tonikum merupakan sediaan cair yang mengandung vitamin dan mineral,serta zat pahit, antara lain: cola, cardamon, orange dan aloe, serta komponenlainnya, yakni gliserofosfat dan senyawa besi (Anonim, 1997). Efek tonikumdisebut efek tonik, yaitu efek yang memacu dan memperkuat semua sistem danorgan serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karenaefek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat. Efek tonik ini dapatdigolongkan ke dalam golongan psikostimulansia. Senyawa psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis, menghilangkan rasa kelelahan dan penat, sertameningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan(Mutschler, 1986).Stimulan yang dihasilkan bekerja pada korteks yang mengakibatkan efekeuforia, tahan lelah, stimulasi ringan. Pada medula menghasilkan efekpeningkatan pernapasan, stimulasi vasomotor, stimulasi vagus. Euforia dapat menimbulkanpenundaan timbulnya sikap negatif terhadap kerja yangmelelahkan (Nieforth & Cohen, 1981).

B.     Rumusan Masalah
(1)   Apa pengertian tonikum?
(2)   Bagaimana mekanisme tonikum?
(3)   Bagaimana efek tonikum pada hewan coba?

C.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan praktikum ini antara lain:
(1)   Untuk mengetahui tentang tonikum.
(2)   Untuk mengetahui mekanisme tonikum.
(3)   Untuk mengetahui efek tonikum pada hewan coba.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Dasar teori
1.      Rasa Lelah
Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. kelelahan merupakan kondisi kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Menurut Marbun (1993) dalam Nurhayati (2008), rasa lelah merupakan hubungan dengan aktivitas fisik berarti ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas tertentu. Rasa lelah dapat terjadi karena aktivitas fisik atau mental dan dapat merupakan gejala suatu penyakit. Rasa lelah yang lama akan disertai gejala nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tenggorokan, demam ringan dan nyeri kelenjar. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti beraktivitas (Kyla, 2008).
Grandjean (1988) mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu:
1)   Kelelahan visual, meningkatnya kelelahan mata.
2)   Kelelahan tubuh secara umum, akibat beban fisik yang berlebihan.
3)   Kelelahan mental, disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.
4)   Kelelahan syaraf, disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
5)   Pekerjaan yang bersifat monoton.
6)   Kelelahan kronis, kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang
7)   Kelelahan sirkadian, bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru.
Suma’mur (1996) menyatakan bahwa produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus (apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal setengah jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan menambah energi yang diperlukan tubuh untuk bekerja.
Kelelahan akan meningkat dengan lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah adalah dengan memberikan istirahat yang cukup, tetapi dalam penelitian ini dengan adanya perlakuan pada mencit jantan dengan pemberian sediaan tonikum dapat menunda rasa lelah dan meperpanjang waktu aktivitas. Pengukuran kelelahan sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung.
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al, 2004).
2.      Tonikum
Menurut Ramli dan Pamoentjak (2000) dalam Damayanti (2008), “Tonikum adalah obat yang menguatkan badan dan merangsang selera makan”. Tonikum adalah istilah yang digunakan untuk kelas preparat obat-obatan yang dipercaya mempunyai kemampuan mengembalikan tonus normal pada jaringan. Tonikum mempunyai efek yang menghasilkan tonus normal yang ditandai dengan ketegangan terus-menerus (Dorlan, 1996 dalam Damayanti, 2009).
Mutschler (1986) dalam Damayanti (2008), menyatakan bahwa efek dari tonikum adalah berupa efek yang memacu dan memperkuat semua sistem organ serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap sistem saraf pusat. Efek tonus dapat digolongkan ke dalam golongan psikostimulansia. Senyawa ini dapat menghilangkan kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan. “Tonik yaitu sediaan cair yang mengandung vitamin dan mineral, serta zat pahit. Komponen lain dalam tonik antara lain gliserofosfat dan senyawa besi” (Ramli dan Pamoentjak, 2000 dalam Restiani, 2009).
Restiani (2009), menyatakan bahwa efek tonik yaitu efek yang memacu dan memperkuat semua sistem dan organ serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karena efek stimulasi yang dilakukan terhadap SSP (Sistem Saraf Pusat). Efek tonik dapat digolongkan ke dalam psikostimulansia (psikotonik) yang dapat meningkatkan aktivitas psikis, menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan. Seperti yang dikatakan Mutschler (1986) senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotonik. Pada dosis yang amat berlebih merupakan racun kejang. Stimulan yang dihasilkan bekerja pada korteks yang mengakibatkan efek tahan lelah, dan stimulasi ringan. Pada medula menghasilkan efek peningkatan pernafasan, stimulasi vasomotor dan vagus. Euforia dapat menunda berkembangnya sikap negatif terhadap kerja yang melelahkan (Nieforth dan Cohen, 1981 dalam Restiani, 2009).
3.      Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).
Kafein ditemukan pertama kali pada tahun 1827 dan dinamakan theine. Namun, setelah diketahui bahwa theine pada teh memiliki sifat yang sama dengan kafein pada kopi, nama theine tidak digunakan lagi. Jumlah kafein yang terkandung di dalam teh tergantung pada berbagai faktor seperti jenis daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh, ukuran partikel teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lokasi perkebunan teh mempengaruhi kadar kafein pada daun teh tersebut (Mokhtar et al, 2000).
Bersama-sama dengan teobromin dan teofilin, kafein, termasuk ke dalam senyawa kimia golongan xanthin. Ketiga senyawa tersebut mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem syaraf pusat, stimulan otot jantung, meningkatkan aliran darah melalui arteri koroner, relaksasi otot polos bronki, dan aktif sebagai diuretika, dengan tingkatan yang berbeda. Dan, tidak sama dengan yang lain, daya kerja sebagai stimulan sistem syaraf pusat dari kafein sangat menonjol sehingga umumnya digunakan sebagai stimulan sentral.
Kafein bekerja pada sistem syaraf pusat, otot termasuk otot jantung, dan ginjal. Pengaruh pada sistem syaraf pusat terutama pada pusat-pusat yang lebih tinggi, yang menghasilkan peningkatan aktivitas mental dan tetap terjaga atau bangun. Kafein meningkatkan kinerja dan hasil kerja otot, merangsang pusat pernapasan, meningkatkan kecepatan dan kedalaman napas. Daya kerja sebagai diuretika dari kafein, didapat dengan beberapa cara seperti meningkatkan aliran darah dalam ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus, tapi terutama sebagai akibat pengurangan reabsorpsi tubuler normal.
Kafein dapat mengakibatkan ketagihan ringan. Orang yang biasa minum kopi atau teh akan menderita sakit kepala pada pagi hari, atau setelah kira-kira 12-16 jam dari waktu ketika terakhir kali mengkonsumsinya.
Metabolisme di dalam tubuh manusia akan mengubah kafein menjadi lebih dari 25 metabolit, terutama paraxanthine, theobromine, dan theophylline. Jika terlampau banyak mengkonsumsi kafein akan menyebabkan sakit maag, insomnia, diuresis, pusing, dan gemetaran. Jika konsentrasi mencapai 10 nmol/mL dalam darah, kafein dapat menstimulasi sistem saraf pusat (Misra et al, 2008).
a.    Sifat fisik kafein
Rumus molekul                : C8H10
Wujud                              : bubuk putih tidak berbau
Berat molekul                   : 194.19 g/mol Densitas : 1.23 g/cm3, solid
Titik leleh                         : 227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate)
Titik didih                                    : 178 °C subl.
Kelarutan dalam air          : 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C)
Keasaman                         : -0,13 – 1,22 pKa
Momen dipole                  : 3.64 D
(Mumin et al., 2006)
b.      Sifat kimia kafein
Kafein termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%).
 Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin (Farmakologi UI, 1995).
c.         Sumber Kafein
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi.
Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50 miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein. Efek stimulan yang lemah dari coklat dapat merupakan kombinasi dari theobromine dan theophyline sebagai kafein (Casal et al.2000).
d.      Farmakodinamik Kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.
1)      Jantung, kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.
2)      Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah.
3)      Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).
e.       Efek jangka Pendek Kafein
Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak mencapai darah dalam waktu 50 menit, frekuensi pernafasan ; urin, asam lemak dalam darah ; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001).
f.       Efek Jangka panjang Kafein
Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).
g.      Farmakologi Kafein
Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik (Ware, 1995).


h.      Matabolisme Kafein
Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus kecil dalam waktu 45 menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang (30 jam).
Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P 450 oksidasi kepada 3 dimethilxanthin metabolik, yaitu :
1)    Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolysis, mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas didalam plasma darah.
2)    Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat).
3)    Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada pengobatan asma.
Masing masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin (Drug Facts Comparisons, 2001).











B. Metode

1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah hairdryer, kain kering, aquarium, stopwatch dan spuit 1cc.

2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air dan cofein.

3.      Cara Kerja

tikus
 
 


-        Disiapkan hewan coba sejumlah 2 ekor tikus
-        Diberi perlakuan peroral aquades pada tikus 1 sebagai kontrol negatife
-        Diberi perlakuan peroral kafein pada tikus 2 sebagai kontrol positif
-        Direnangkan terlebih dahulu sebelum diberi sediaan pada hewan coba dalam reservoir sampai timbul kelelahan dengan tanda hewan uji menundukkan kepalanya dibawah permukaan air.
-        Dicatat waktu timbul kelelahan. Hewan uji diistirahatkan selam 30 menit, dan diberi perlakuan.
-       
Hasil
 
Direnangkan kembali 30 menit kemudian dan dicatat waktu perpanjangan reaksi, yakni selisih waktu timbulnya lelah pada hewan uji setelah pemberian sediaan dan sebelum pemberian sediaan.

Hasil